Rss Feed
  1. Rindu Pada Malam

    Friday, April 29, 2011


    Aku tak pernah mengerti damai
    Mungkin belum
    Aku tak pernah tau cinta
    Mungkin lupa

    Tak lagi kulihat kapal itu merapat
    Sekedar melepas rindu ke perimbaan
    Mungkinkah ia karam dalam pasangnya ombak?
    Atau cuma lelah dengan kebiasaan menjemukan?




  2. Tak ada yang salah dengan mimpi
    Tak pula dengan harap
    Tapi, masihkah itu berlaku untukku?
    Terlalu sering aku mengubur mimpi, menutupnya rapat-rapat hanya karena ini

    Hal bodoh yang tak pernah usai kuberi tanda tanya
    Yang mulai memuakkan bahkan menjijikan


  3. Puisi Adik : Ketidakadilan

    Saturday, April 9, 2011

    Malam, 8 april 2011, adikku, Chairul Arifin menghampiriku yang tengah beristirahat di kamar.
    "Kak, baca deh puisi ilul" disodorkannya sebuah buku tulis kehadapanku.

    Ketidakadilan
    oleh : C. Arifin

    Sungguh kelam, sungguh buta
    Di manakah keadilan di negeri ini
    Aku tetap berdiri di sini menantinya
    Mereka para perebut hak rakyat kecil
    Melambai di luar sana

  4. Tarian Tulus Senyummu

    Saturday, April 2, 2011

    Tarian ombak nan indah
    Namun tak seindah tarian tulus di senyummu

    Desiran angin nan sejuk
    Tapi tak sesejuk hatiku kala menatap senyummu


  5. Hati ini runyam
    Kusut
    Lebih runyam dibandingkan permainan rumus itu

    Di luar sana cerah
    Tapi entah mengapa cahayanya tak mampu tembus dinding hati
    Terlalu kuat, kokoh

  6. Aku tak mengerti akan bisumu
    Serupa batu
    Keras tak terlewati

    Mungkin kau tak pernah mengerti hati lapuk yang menantimu
    Yang terlalu lelah kau permainkan

    Jika aku harus hilangkan bayangku dari megahnya harimu
    Aku hanya ingin mengerti maksudmu
    Apa arti semua
    Apa yang kau mau

  7. Malam ini merah jambu bercampur merah
    Senyum merekah sumringah
    Kecuali hati yang tengah meringis merana
    Hati kelabu nan suram tanpa seburat pun pesona merah jambu

    Mungkin sudah terlalu letih menanti
    Menunggu tanpa pasti
    Entah kapan
    kapal itu akan merapat

  8. Selalu perih menggores hati
    Kalaku tatap nanar di matamu

    Bersama indah senyummu
    Terselip luka menganga
    Sampai kapanpun kau takkan mampu menutupinya

    Telah kubaca galau di kedalaman hatimu
    Namun
    Belum jua kutemui arah
    Cahaya penuntun bagi lautan galaumu 

  9. Youth Camp for Human Rights 2011

    Friday, April 1, 2011


    Video Youth Camp For Human Rights 2011, di sini terkumpul 21 siswa SMA yang peduli akan Hak Asasi Manusia, lalu menggalang kekuatan dan solidaritas untuk sedikit  membantu mereka yang Hak Asasinya dilanggar dan tidak terpenuhi. Setidaknya, ada sedikit langkah dari kami kaum muda untuk perduli dan melawan impunitas.


  10. Tidak ada kekuasaan di dunia ini yang dapat menghentikan rakyat yang tertindas yang sudah bertekad memperoleh kemerdekaannyaNelson Mandela

    “Kamu gak takut ketemu orang-orang PKI?” tanya seorang sahabatku ketika aku dengan semangat menggebu ingin bercerita tentang kunjunganku ke Panti Jompo tempat tinggal para korban peristiwa 1965. Wajahnya amat tegang dan kikuk seperti tengah mendengar cerita hantu, ia pun berusaha mengalihkan pembicaraan kami ketika itu. 
    Sabtu tanggal 21 November 2010, aku berkunjung ke Panti Waluya Sejati Abadi yang bertempat di Jl Kramat 6 Jakarta Pusat. Aku bertemu beberapa tapol  di sana: Pak Tumiso, Bu Lestari, Bu Sri Sulistiawati, dan Bu Pudjiati. Mereka bercerita banyak hal. Namun ada satu hal yang mengusik pikiranku. “Begini loh, jeng...si Mbah inginnya cuma satu, PR ini ya jeng..si Mbah itu kepingin sekali, generasi penerus mengerti betul apa yang sebenarnya terjadi di tahun 1965 dan 1966”, Bu Lestari yang lebih senang ku panggil ‘Mbah’ menitipkan tugas.
    Hari itu timbul tekad di dadaku untuk mulai mengerjakan PR yang mereka amanatkan. Tapi, melihat tanggapan sahabatku tadi, aku menjadi bingung. Bagaimana cara memberitahu apa yang sebenarnya terjadi pada malam 30 September, dan apa yang terjadi setelah malam itu. Baru berniat bercerita saja sahabatku sudah takut duluan, bagaimana ia bisa mengetahui fakta sebenarnya?

  11. Indahmu bagai pelangi yang selalu kurindu di teriknya pagi
    Bagai mega merah di sendunya petang
    Bagai rembulan yang menggantung anggun di megahnya malam

    Mungkin kau tak pernah mengerti betapa aku merindumu
    Aku yang selalu rindu akan senyummu

  12. Malam ini kulihat ada luka di pipi langit

    Di celah-celah gemintang

    Mungkin merah itu tak tampak di kelamnya lautan malam
    Tapi perihnya terasa sampai ulu hati
    Seperti ditaburi garam rasanya


  13. Aku yang tak pernah mengerti mengapa aku harus ada
    Aku yang tak pernah engerti akan kata 'aman'
    Aku yang tak pernah tau dimana keadilan

    Kini aku benar benar lelah
    Telah letih mencari dimana pintu keluar
    Kini aku benar benar muak
    Muak akan masa lalu yang menghancurkan