Tiap lekuk wajahmu semakin lekung gariskan tubuh yang perlahan terkikis
Gelap tak niscaya sinar dalam sorot mata yang teduh namun redup
Wajahmu menyimpan sakit dalam raga dan hatimu dik
Gelap tak niscaya sinar dalam sorot mata yang teduh namun redup
Wajahmu menyimpan sakit dalam raga dan hatimu dik
Ku dendangkan lagi nada nada tulusmu dalam secarik surat singkat untuk sang Rabb
Surat yang kau tulis satu setengah tahun lalu, sehari setelah bertambahnya usiaku
Terluapkan luka berbalut duka dalam takut bimbang akan cinta yang tak jua memeluk istana kita
Aku tak pernah seperih ini membaca tulisanmu
Untuk semua duka yang harus tergoreskan dalam emasnya jalanmu,
Untuk semua kata yang harus kita telan di dalam ruang bisu perkara tiap pribadi
Aku yakin, ini nikmat yang terlalu kaya untuk kita
Surat yang kau tulis satu setengah tahun lalu, sehari setelah bertambahnya usiaku
Terluapkan luka berbalut duka dalam takut bimbang akan cinta yang tak jua memeluk istana kita
Aku tak pernah seperih ini membaca tulisanmu
Untuk semua duka yang harus tergoreskan dalam emasnya jalanmu,
Untuk semua kata yang harus kita telan di dalam ruang bisu perkara tiap pribadi
Aku yakin, ini nikmat yang terlalu kaya untuk kita
Belum dua dekade kau menapak jejak di atas tanah atas izin-Nya
Masih panjang cerita terukir di atas altar hidupmu hai pangeran kecil
Jangan lagi redup
Kau tak boleh sasar akan asa yang tertular nafsu
Kau terlalu tangguh untuk kalah
Semua proses dalam peliknya cerita ini, kau tokohnya
Tenanglah, ikhlas, yakini itu..
Masih panjang cerita terukir di atas altar hidupmu hai pangeran kecil
Jangan lagi redup
Kau tak boleh sasar akan asa yang tertular nafsu
Kau terlalu tangguh untuk kalah
Semua proses dalam peliknya cerita ini, kau tokohnya
Tenanglah, ikhlas, yakini itu..
18.37
21 April 2015
21 April 2015
Sepulang tengok kemoterapi kedua adik di RSCM
0 komentar:
Post a Comment