Aku
bertandang ke taman penghabis penat jumat pagi ini
Menuntaskan
duka yang terus merundung tak mau usai
Berbincang
dengan angin ramah mengusap pipi
Menumpahkan
rindu yang tak jua lekang di setiap denyut nadi
Mendendangkan
syair dalam hati
Berdamai dengan
jemari yang lagi mengetukkan aksara dalam layar
Karena
ruang ini aku beri nama puisi
Berlama-lama
menghabiskan waktu untuk sendiri
Sekedar
mematut bayang diri di atas kolam pagi secerah ini
Lalu aku
bertanya pada pantul wajah di atas tenang air
Hendak
kemana? Apa yang terus jua kau tunggu? Lalu apa lagi yang kau takutkan?
Nikmat
Tuhan mana lagikah yang kau dustakan?
Seduka
dukanya luka dalam istanamu?
Sekelam-kelamnya
harmonis yg belum jua menghampiri asalmu?
Sedalam-dalamnya
penyakit yang mengganggu pangeranmu?
atau
sejauh-jauhnya pelipur rindumu yang belum hadir menemuimu?
Semua akan
luruh dalam balutan doa, seromantis cintamu kepada Sang Rabb
Karena tidak
selalu duka yang ada dalam skenario hidup
Dan tidak
melulu gelap dalam singgasana langit-Nya
Ketika
malam semakin kelam, maka matahari sebentar lagi akan terbit
Tersenyumlah,
Kita sudah
akrab dengan duka dan luka
Dalam
cengkraman kalut, takut dan mata berkabut
Makhluk
seperti kita bisa hidup hanya karena makna ikhlas, syukur dan tawa
Kembalilah
pada hakikinya kehidupan
Jangan lagi
tertutup kotak mimpi, buka selebar cakrawala akan menyambutmu
Karena kamu
adalah pemenang
10.06
17 April
2015
Taman
Soeropati, Jakarta