Berpatut patut dibalik cermin
Sekedar berbincang pada wajahnya sendiri
Lalu ia tersenyum, tertawa, sampai akhirnya matanya memudar
Air mata tak terbendung dalam jujurnya
Bukan kali pertama luka tersimpan di lembah hatinya
Dan lagi lagi marah pada diri yang rela tersungkur
Memaki pantulan cermin, luapkan kata yg tertahan di bibir
Tapi senyumnya tak pernah cela
Tawanya masih sempurna dibagi dalam ruang cinta
Dzikir sujud tak henti mendoakan kasihnya
Karena perempuan terlalu naif untuk dipandang rapuh
Pun terlalu tega untuk dibiarkan terus dan lagi tergores luka
Matanya tetap bulat jeli hantarkan senyum di ujung bibirnya
Lalu apa kau lihat sinar disana?
Sudah mati bung, itu hanya topeng cantiknya menutup kecewa
Tak ada kata penghantar asa di bola matanya, bisu tak terpecahkan
Untuk perempuan yg sempurna diciptakan anggun oleh-Nya
Muliakan diri, jangan lagi izinkan diri terjatuh dan berdiam
Dirimu terlalu berarti untuk dunia
Tersenyumlah tanpa noda, biar buramnya hati, kita simpan di ujung sujud sembah
08.05
21 Mei 2015
0 komentar:
Post a Comment