Sore lagi lagi menemuiku dgn muram yg tak mau pergi dari wajahnya
Karena waktu tak akan berhenti
Melaju tanpa perduli kamu yg terseret mengikutinya
Terpapah tanpa tau arah
Hujan bergerak lambat bergeser dari kampung sebelah
Begitu perlahan, seakan gerimis ini menghentikan segalanya
Yg ada hanya aku dgn kosongnya tatap dan bisunya rintik yg perlahan tiupkan semilir udara hujan
Semua menjadi begitu tenang seiring hujan yg tersenyum
Menggandengku keluar dari dunia yg bising akan benci dan caci
Seketika hujan menjadi hangat menyejukan, seelok embun di pelupuk pagi
Matahari yg katanya hanya sampai petang menemani, terus menggantung sinar
Bercengkrama dengan anganku yg semakin terbang, hanyut terbawa tenangnya hujan sore ini
Walau pelangi enggan menari, tapi alam tengah manis mendekap
Terima kasih senja, kau masih mampu hadirkan sekulum senyum pada wajahku yg terlalu kosong dari kata cinta
Disini, tempat kita ber abu-abu, akan hadir lagi derai tawa yang sama dalam sukses yang melengkung indah
Malam terdengar bosan
menanti kisah yang telah lalu
Tentang cinta yang merekah
dalam semangat belajar dimasa abu abu
Kawan, tahukah kamu,
malam ini aku rindu masa itu
Tawa renyah tanpa cela
tak pernah lepas dalam pelukan kita
Berbagi suka walau duka
tak pernah sirna dari mata
Tapi tak ada yang kami
pinta, kecuali bersama habiskan waktu dalam canda
Telah lama kita tidak
bersua tampa absen seorangpun jua
Tapi harap itu tak
pernah luput dalam dada
Karena rindu telah
sampai ke puncak, dan aku tak tau kapan akan terobati
Kawan, aku masih tak
ingin berbincang tentang jarak
Jarak yang telah menanti
kita di persimpangan sana
Yang tidak lama lagi
akan kita lalui bersama
Tapi aku tidak suka itu,
karena terlalu banyak arah di sana yang bersedia pisahkan tempat kita berpijak
Tapi ingat kawan, hati
kita akan tetap bersama tanpa sudi berpisah
Menyatu seperti layaknya
dulu kita dalam abu abu
Hangat itu tak akan
pernah berubah temanimu meniti langkah menuju indah
Karena jiwa kita telah
berjanji
Disini, tempat kita ber
abu-abu, akan hadir lagi derai tawa yang sama dalam sukses yang melengkung
indah
22 Juli 2011
Masa muda adalah masa yang berapi-api, dan masa SMA katanya adalah masa yang paling indah.
Setidaknya keindahan yang tak pernah usai di masa abu abu itu terekam jelas dalam sebait dua bait puisi ini.
Puisi ini sudah tiga tahun lalu aku tulis, dan ditemukan kembali di draft message mobilephone salah satu sahabat di SMA. Senangnya menemukan karya yang masih tersimpan oleh sahabat.
Terima kasih kawan kawan SMA ku, begitu bersyukur bisa mengenal, bersaudara dan menjadi salah satu dari kalian. Karena kalian tak ternilai :)
Masih merekah senyumku sedari sore tadi
Setelah lama tak lagi menghirup hangatnya aroma sejuk nan teduh
Senja ini gelap berpeluk hujan hingga ujung malam
Fikiranku bertaut padamu seharian ini
Gelap malam tak samarkan senyummu dibalik layar telfon genggam di ujung sana
Aku yakin bukan hanya candaku, hujan ini puntengah menemani malammu
Rasanya semua begitu sempurna ketika kata kata kita merajut bait bait cerita
Nada tawamu masih tersisa dari sepekan lalu, hangat merindukan
Kamu memang sudah berjanji pada bunga yang lain
Tumbuh bersamanya dengan warna yang indah
Tapi aromamu tak hanya bunga itu yang menghirup
Aku merekam dengan cinta panorama lukisan dirimu
Izinkan aku tetap menyulam kasih dengan berjuta kata yang mungkin tidak sempat aku katakan pada dua mata jelimu
Sudah lima jam waktu berjalan di umur yang masih diizinkan untuk aku pijak
Rasanya semua belum waktunya
Ribuan kata, ratusan langkah, puluhan rencana seperti berhenti dalam saturwulan terakhir ini
Tubuhku masih kaku, mata berkunang
Perut kejang sisa lelah kemarin, suhu tinggi tak jua pergi di setiap jengkal badan yang semakin lemah
Aku sakit di pertambahan umur ini
Kuenyahkan rasa dingin untuk membasuh wudhu
Berlutut di atas sajadah subuh ini
Mengadu dan memohon padaNya di awal perjuangan dua puluh dua
Tak ayalnya bocah yang merengek pilu dalam pintanya
Hanya do'a untuk kedamaian yang selalu terucap dalam tiap hembus nafas
Karena cinta dimana tempat kita kembali dan berasal adalah keinginan yang begitu meletup dalam hati
Panjatkan do'a tanpa henti isak tangis disetiap amin
Aku hanya ingin harmonis dalam kasih orang tersayang
Untuk semua kata dan do'a yang terucap dari mereka yang perduli akan hadirku
Tiada lain selain syukur akan kehangatan yang selalu mengalir
Akan persahabatan yang tak henti terjalin
Akan cerita dalam setiap lembar kisah perjalanan bertumbuh
Hidup diantara kawan yang begitu cinta dengan tulus dan ikhlas
Aku melihat pelangi dalam beragam tawa yang tercipta
Anugrah berlimpah dalam hangat peluk persaudaraan yang begitu luas
Tatap mata teduh untuk menikmati pertemuan yang semakin mahal untuk dikecap
Kebersamaan kita abadi dalam canda dan rencana yang terbangun
Terima kasih untuk semua cinta yang merekah dalam senyumku di dua puluh dua
Aku terbangun dengan rintihan sisa tangisnya dini hari ini
Luka itu belum mau pergi dari hatinya walau sudah berapa pekan ia hanya duduk termenung
Menanti senja di setiap tatap kosongnya dan menyambut pagi dengan terjaganya di hampir setiap malam
Aku rapuh, berkabut dan larut dalam tangisnya diantara gelap saat ini
Terlalu mengiris mendengar isaknya tak henti dalam tekanan itu
Telinga ini sudah getir mendengar jerit dan tangis disetiap penghujung buaian mimpi
Tanganku bergetar menyentuh telapaknya yang dingin
Coba tularkan hangat di sela jemarinya
Memejamkan mata, memanjatkan do'a
Tapi aku tak mampu buang garam yang tak henti bertabur di luka hatinya
Isak dengan lirih dalam tiap rintih tasbih malam
Harus ada senyum dalam duka sepekat ini,
karena Allah masih memeluk do'a-do'a kita
Innallaha ma anna..
Ternyata dinginnya malam tak mampu memeluk emosi yang menyakitkan, hingga harus ku muntahkan
Mengalir berdebar hingga ujung nadi
Apakah ini harus mengguncang kalbuku sekeras itu?
Aku takut, begitu kalut hingga mata berkabut
Karena kata bisa menjadi begitu jahat memekakan telinga jika terus berulang dengan kejam
Aku hanya rindu sunyi menemani setiap sejuknya nafas berhembus
Harmoni sunyi yang tercipta akan lebih memanja di telinga
Tetapi aku akan terlalu egois untuk berteman sunyi
Merindu damai, mendamba cinta tanpa cela dendam
Tak ingin lagi emosi dalam tiap sudut mata yang perih
Tak ingin lagi getar dalam tiap keluh yang berputar bagai cinema
Tak ingin lagi sesak dalam tiap ujung teriak malam hari
Aku hanya ingin bermimpi dengan restunya
Aku takut, begitu kalut hingga mata berkabut. gelap.
"Kita semua dalam proses penciptaan Kita merupakan karya yang masih berlangsung dan berpotensi menciptakan karya seni dengan memanfaatkan kehidupan yang dijalani, tanpa takut akan kehilangan, perubahan, penilaian dan kegagalan. "
Book Of Miracles
Salah satu kutipan elegan dalam buku Book Of Miracles, menyampaikan bagaimana sederhananya kita menjalani hidup dan harus berarti tanpa harus takut. Beautiful!
Lalu kenapa selalu namamu yang berputar dalam setiap kisahku?
Selalu namamu yang kucari ketika aku bingung harus apa
Selalu candamu yang mampu melebur semua rasa yang mengganggu
Selalu sosokmu yang kucari ketika sendiri
Kenapa selalu kamu?
Tidak ada takut
Semua terasa mungkin
Semua akan baik
Dan aku akan kuat
Ketika kamu ada disampingku
Cukup Kehadiranmu
Sudah panjang perkenalan kita
Sudah panjang cerita antara kita terucap
Sudah penuh percayaku akan kamu
Tapi kamu tak lebih dari seorang sahabat yang selalu aku cari
Karena kita memiliki untuk selamanya
Selamanya berkawan
Hujan tak jua hentikan dingin yang terus menjalar
Menghitung rintik yang tak habis sampai magrib
Gelap turun menambah beku yang tak bisa ku elak lagi
Mungkin aku merindumu
Teduh matamu tak pernah alpha mengganggu malam malamku dalam bunga tidur
Tak inginkah kau hadirkan senyum esok pagi untukku?
Siang tadi sapaku terjawab kosong tanpa makna darimu
Senja ini kau putuskan harap yang memang harus aku selesaikan
Karena asa ini tak boleh melekat lebih lama hingga hanya luka yang membekas
Mungkin kau hanya harus tahu,
sikapmu dalam tiap lembar hariku kemarin begitu indah mendayu
Mengukir cerita walau hanya beberapa berkas
Terima kasih untuk senyummu kemarin..
Butir per butir tasbih terus berucap dari bibir yang semakin gigil
Udara subuh memeluk setia tak ingin lenggang walau sedetik
Sujudku masih panjang dalam tiap bait-bait rindu
Merintih memohon ampun atas raga dan jiwa yang semakin kotor
bersimpuh menceritakan segalanya dalam hangatnya kalbu,
aku kembali pada-Mu Ya Rabb...
Meneguk sehela sejuk
Lewati kerongkongan yang semakin perih
Kelabu tanpa rasa
Semua berlalu tanpa asa
Karena waktuku sama dengan waktumu
tak kurang tak lebih
Bukan ingin selalu keluh kesah,
tapi hati sedang layu
Mau dikata apa? karena memang tak ada yang ingin peduli
Lalu siapa yang obati hati?
Siapkan pundak hanya untuk sekedar bersandar mendengarkan
Lalu siapa yang keringkan air mata?
Karena jiwa terlalu rapuh untuk lagi di tampu
Mengutip lagi kata kata yang terlantun dari bibir manismu
Berputar lagi memori tentang kamu di sedikitnya kisah tentang kita
Kemarin siang, ucapanmu semakin memupuk rasa yang mungkin bernama cinta
Suara halus berputar dan menyentuh tiap sisi gendang telingaku
Kau begitu indah untuk aku lewatkan
Teduh nan dalam tatap matamu malam itu tak jua hilang dari ingatan
Ingin ku selami dan ku urai kata demi kata yang terpendam didasarnya
Aku merindukan tatapanmu itu
Pertemuan-pertemuan singkat kita selalu bertabur senyum makna yang mengikat
Aku hanya ingin terus memandangi senyummu hari ini
Dekap aku dalam sapa dan tatap matamu seperti malam itu, larut nan lekat
Mungkin, aku mencintaimu
Menikmati gerimis dini hari ini
Begitu manis dalam bekunya, turun perlahan, tularkan dingin hingga kalbu
Rasanya bulan enggan hadir menemani
Rintik terus turun tanpa memberi kesempatan untuk sedikit melepas rindu dengan rembulan
Malam ini sedingin rinduku tanpa berteman rembulan, karena tiap titik gerimis malam ini tak jua mau pergi
Aku tak pernah ingin mengerti mengapa setiap detik ini terasa lama
Aku tak pernah ingin membuka memori lalu yang kemarin kau tutup rapat
Aku tak pernah ingin menaruh harap
Karena aku takut, kita tak lagi berjumpa di waktu esok
Aku takut, takut tak mampu memandang kau ketika nanti aku bertandang
Rindu ini sudah terlalu pekat untuk lagi tersakiti
Biarlah cinta ini ku pendam sedalam senyuman terakhirmu untukku waktu itu
Mengukirmu dalam tiap lekuk memori
Mengucap namamu dalam tiap sujud
Berulang, namun hanya dalam selaksa jiwaku
Sedalam kelu itu rinduku untukmu
Mengeja lagi butir per butir kata katamu tentang rindu itu
Tiada ucap selain syukur, ketika salam dalam tiap doaku menyapamu
Kilo dan kilo meter jarak kita semakin tak berarti hari ini
Karena aku mencintaimu dalam dekap ridho-Nya
Tunggu Aku...
Luthvia Hidayani, biasa dipanggil Via atau panggilan manjanya “pi’ul”. Seonggok perempuan dengan golongan darah O, yang amat dikenal dengan keseruannya dalam pergaulan, segala macam pergaulan sudah dijamahinya, dari pergaulan muslimah hingga pergaulan bebas hahaha maksudnya pergaulan bebas disini, doi itu ngga pernah milih-milih dalam bergaul, asal ga ribet, sikat bae.
Via menurut saya adalah pribadi yang unik, yang mudah membuat orang nyaman berlama lama ngobrol dengannya. Walaupun terlihat santai dan slebor tapi dia masih bisa diajak ngobrol dengan aneka macam topik, dari tentang dapur sampai tentang politik, aseek!
Doi punya kemampuan mendengarkan yang baik, dan tidak egois dengan pemikirannya, gak tau gak egois atau emang orangnya ikut bae, maklum sifat gol. Darah O hahaha tapi yang penting dia asik bingiits.
Cewe dengan motor kopling kesayangannya yang akrab dipanggil “ganteng” ini akan begitu mudah emosi ketika orang-orang yang disayanginya ada yang mengganggu, dan hati-hati, kalo doi udah gak suka sama orang, biasanya susah ngilangin rasa gak sukanya, konsisten betul ibu ini ngambil sikap.
Calon Ibu rumah tangga yang baik ini sangat dekat dengan ibundanya, Ibu Su’adah. Asiknya, doi bisa cerita segalanya ke ibunya, dari mulai kuliah, persahabatannya, sampe ke urusan percintaannya, seru deh kalo liat ibu dan anak ini lagi ngobrol, betawinya asoy hahaha
Via dengan baik hatinya akan selalu mencoba mengingatkan saya akan hal-hal yang sering saya lupakan, dari mulai hal besar hingga hal kecil, sampai akhirnya saya menamakan dia Sekretaris pribadi hahaha beruntungnya punya teman yang pengertian akan tingkat kepikunan temannya yang bisa meningkat drastis ketika kegiatan sedang tumpuk menumpuk dalam satu waktu.
Mungkin kalau harus menceritakan semua tentang Via, ga akan cukup dalam satu post ini, apa perlu dibuat biografinya nih? Hahaha
Via, aku hanya ingin mencoba menuangkan ketertarikanku akan pribadimu dalam sebuah tulisan, mungkin belum menyeluruh, tapi secara garis besar, inilah pandangan ku akan dirimu yang begitu banyak menjadi bagian cerita dalam kehidupan kampusku. Semoga kita akan tetap menjadi cerita sampai nanti, walaupun bukan lagi dalam dunia kampus, senang bisa menjadi sahabat, keluarga dan bagian hidupmu Vi. Pesan singkatmu yang sangat ku suka “Khoiiirr! Senyum, I Love You!” I Love You Too Via :*
Ini dia penampakan "Pi'ul"
Via Ketika Muda, Masa muda masa yang berapi-api~
Via yg tengah sibuk dengan posisi andalannya, Ibu Bendahara ketje!
Hari ini, 5 Januari 2014, katanya sih doi sedang bertambah umur, kini umurnya 20 tahun. Alhamdulillah yah pi, masih diberikan kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Maaf sebelumnya, gak bisa hadir disampingmu hari ini, tapi Insya Allah hati kita selalu menyatu, ye kaaan?
Pi, jadikan bertambahnya umurmu ini, sebagai momentum semakin dewasanya kamu, semakin jauh pemikiranmu, semakin sayangnya kamu ke keluarga, semakin sayangnya kamu ke aku dan geng muslimah tercintah.
Semoga di umur kepala duamu ini , kawanmu bertambah dan lawanmu berkurang. Menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama, semakin menyenangkan, mendapatkan jodoh terbaik yang bisa membawamu menjadi pribadi yg lebih baik, bisa lulus tepat waktu, segala yang dicita-citakan mampu di raih. Dan yang terpenting, kamu mampu mengukir senyum bangga kedua orang tuamu, Aamiin.
Sesak di dadaku entah darimana begitu menekan
Memaksaku untuk lagi meneteskan embun hangat di pipi
Tapi kamu tak lagi berarti umtuk itu
Percakapan kita baru saja dimulai
Wajahmu pun baru beberapa pekan hadir di hariku
Kita baru saja saling mengenal,
Aku pun belum sempat melihat senyummu untuk kedua kalinya
Melambung terlalu tinggi akan harap memang kadang akan sangat terpelanting
Kamu tak seharum mawar tadi pagi
Tak lebih setia dari embun subuh tadi
Ya, maafkan aku yang kemarin melihatmu begitu berkilau
Hari ini pelajaran darimu begitu kaya
Terima kasih telah membuatku tidak berdiri lama dalam lingkaranmu
Atas semua tatapmu yang ternyata begitu kosong
Dan atas semua semangat yang tak sengaja kau tularkan dalam nadiku