Berputar dua rotasi bumi aku bernafas lega
Walau masih tercekat
Tersisa degup jantung yang kemarin berlomba terlalu cepat
Semalam semua terasa suram
Aku kaku tak berani bergerak sedetik jua
Serupa magma, semua tumpah dalam caci yang penuh dengan maki
Tertusuk, mengganjal di kerongkongan
Aku mati asa
Aku bisu tertelan kelu
Duka ku tak terbendung, menghanyutkan tanpa ruang aku bernafas
Beruntut, berbaris, mengait satu sama lain
Membentuk mata rantai duka yang mencambuk hati dan relungku
Aku, perempuan berkerudung duka
Untuk tawa yang ku bagi kemarin sore,
Hanya itu yang tersisa untuk setidaknya bahagia terlihat di bibir
Karena air mata terlalu sungkan aku bagi
Biar cinta terlihat di mataku, walau hanya nanar yang sebenarnya terasa
05.15
Jakarta, 12 Juni 2015
0 komentar:
Post a Comment