-
Pada Bunga Itu
Friday, November 21, 2014
Masih merekah senyumku sedari sore tadi
Setelah lama tak lagi menghirup hangatnya aroma sejuk nan teduh
Senja ini gelap berpeluk hujan hingga ujung malam
Fikiranku bertaut padamu seharian ini
Gelap malam tak samarkan senyummu dibalik layar telfon genggam di ujung sana
Aku yakin bukan hanya candaku, hujan ini puntengah menemani malammu
Rasanya semua begitu sempurna ketika kata kata kita merajut bait bait cerita
Nada tawamu masih tersisa dari sepekan lalu, hangat merindukan
Kamu memang sudah berjanji pada bunga yang lain
Tumbuh bersamanya dengan warna yang indah
Tapi aromamu tak hanya bunga itu yang menghirup
Aku merekam dengan cinta panorama lukisan dirimu
Izinkan aku tetap menyulam kasih dengan berjuta kata yang mungkin tidak sempat aku katakan pada dua mata jelimu
01.13
11 November 2014Diposkan oleh koikhoiriyyah di 10:29 PM | 0 komentar | Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook |
-
Renungan Awal Tahun
Sunday, November 16, 2014
Sudah lima jam waktu berjalan di umur yang masih diizinkan untuk aku pijak
Rasanya semua belum waktunya
Ribuan kata, ratusan langkah, puluhan rencana seperti berhenti dalam saturwulan terakhir ini
Tubuhku masih kaku, mata berkunang
Perut kejang sisa lelah kemarin, suhu tinggi tak jua pergi di setiap jengkal badan yang semakin lemah
Aku sakit di pertambahan umur ini
Kuenyahkan rasa dingin untuk membasuh wudhu
Berlutut di atas sajadah subuh ini
Mengadu dan memohon padaNya di awal perjuangan dua puluh dua
Tak ayalnya bocah yang merengek pilu dalam pintanya
Hanya do'a untuk kedamaian yang selalu terucap dalam tiap hembus nafas
Karena cinta dimana tempat kita kembali dan berasal adalah keinginan yang begitu meletup dalam hati
Panjatkan do'a tanpa henti isak tangis disetiap amin
Aku hanya ingin harmonis dalam kasih orang tersayang
Untuk semua kata dan do'a yang terucap dari mereka yang perduli akan hadirku
Tiada lain selain syukur akan kehangatan yang selalu mengalir
Akan persahabatan yang tak henti terjalin
Akan cerita dalam setiap lembar kisah perjalanan bertumbuh
Hidup diantara kawan yang begitu cinta dengan tulus dan ikhlas
Aku melihat pelangi dalam beragam tawa yang tercipta
Anugrah berlimpah dalam hangat peluk persaudaraan yang begitu luas
Tatap mata teduh untuk menikmati pertemuan yang semakin mahal untuk dikecap
Kebersamaan kita abadi dalam canda dan rencana yang terbangun
Terima kasih untuk semua cinta yang merekah dalam senyumku di dua puluh dua
05.18
16 November 2014Diposkan oleh koikhoiriyyah di 6:04 PM | 0 komentar | Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook |
-
Aku terbangun dengan rintihan sisa tangisnya dini hari ini
Luka itu belum mau pergi dari hatinya walau sudah berapa pekan ia hanya duduk termenung
Menanti senja di setiap tatap kosongnya dan menyambut pagi dengan terjaganya di hampir setiap malam
Aku rapuh, berkabut dan larut dalam tangisnya diantara gelap saat ini
Terlalu mengiris mendengar isaknya tak henti dalam tekanan itu
Telinga ini sudah getir mendengar jerit dan tangis disetiap penghujung buaian mimpi
Tanganku bergetar menyentuh telapaknya yang dingin
Coba tularkan hangat di sela jemarinya
Memejamkan mata, memanjatkan do'a
Tapi aku tak mampu buang garam yang tak henti bertabur di luka hatinya
Isak dengan lirih dalam tiap rintih tasbih malam
Harus ada senyum dalam duka sepekat ini,
karena Allah masih memeluk do'a-do'a kita
Innallaha ma anna..
01.45
13 November 2014Diposkan oleh koikhoiriyyah di 5:42 PM | 0 komentar | Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook |
-
Rintihan Takut Berselimut Kabut
Monday, November 10, 2014
Aku takut, begitu kalut hingga mata berkabut
Ternyata dinginnya malam tak mampu memeluk emosi yang menyakitkan, hingga harus ku muntahkan
Mengalir berdebar hingga ujung nadi
Apakah ini harus mengguncang kalbuku sekeras itu?
Aku takut, begitu kalut hingga mata berkabut
Karena kata bisa menjadi begitu jahat memekakan telinga jika terus berulang dengan kejamAku hanya rindu sunyi menemani setiap sejuknya nafas berhembusHarmoni sunyi yang tercipta akan lebih memanja di telingaTetapi aku akan terlalu egois untuk berteman sunyiMerindu damai, mendamba cinta tanpa cela dendamTak ingin lagi emosi dalam tiap sudut mata yang perihTak ingin lagi getar dalam tiap keluh yang berputar bagai cinemaTak ingin lagi sesak dalam tiap ujung teriak malam hariAku hanya ingin bermimpi dengan restunyaAku takut, begitu kalut hingga mata berkabut. gelap.
11.34
10 November 2014Diposkan oleh koikhoiriyyah di 10:14 PM | 0 komentar | Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook |
-
Illustration by : Indri Muchtar
Malam masih merambat memeluk lembang yang semakin dinginTerlalu manis dalam hamparan lampu yang menari menghadirkan satu harmoni visualAku mendengar nada yang dengan mesra berbisik dari alamBulan berselimut awan seakan bercerita tentang kisah yang memang tak seharusnya adaAku masih ingin bercumbu dengan nyanyian jangkrik dan angin yang terlalu merdu untuk ku sudahiBandung, 9 September 2014Diposkan oleh koikhoiriyyah di 7:01 PM | 0 komentar | Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook |