Mengeja
detik per detik kata
Amati ber
lembar lembar sketsa
Rekam
berpuluh puluh cerita
Tak kunjung
usai
Malam turun
bersama embun merambat meter per meter bukit
Dingin pun
tak ingin lekang walau hanya untuk berkedip
Terlalu
mengurung hingga terkungkung tiada ampun
Karena
kadang luka harus terselip ditiap gores kisah
Mengukir
tiap perih di lekuk lekuk kata
Meledak
dalam sunyi tangis tiap sujud sembah
Jika tuan
melihat senyum tersungging kecil diujung bibir nona
Hapus
setitik hangat yang mulai muncul diujung mata sedetik kemudian
Tidak
mungkin luka itu tak menekan hatinya
Topeng
cantik yang terpampang itu sungguh pilu jika harus dibuka
Tapi malam
tak akan berteman hingga akhir
Karena pagi
akan datang, memeluk hangat dalam cahayanya