Rss Feed
  1. Pada Bunga Itu

    Friday, November 21, 2014



    Masih merekah senyumku sedari sore tadi
    Setelah lama tak lagi menghirup hangatnya aroma sejuk nan teduh
    Senja ini gelap berpeluk hujan hingga ujung malam

    Fikiranku bertaut padamu seharian ini
    Gelap malam tak samarkan senyummu dibalik layar telfon genggam di ujung sana
    Aku yakin bukan hanya candaku, hujan ini puntengah menemani malammu
    Rasanya semua begitu sempurna ketika kata kata kita merajut bait bait cerita
    Nada tawamu masih tersisa dari sepekan lalu, hangat merindukan

    Kamu memang sudah berjanji pada bunga yang lain
    Tumbuh bersamanya dengan warna yang indah
    Tapi aromamu tak hanya bunga itu yang menghirup
    Aku merekam dengan cinta panorama lukisan dirimu

    Izinkan aku tetap menyulam kasih dengan berjuta kata yang mungkin tidak sempat aku katakan pada dua mata jelimu

    01.13
    11 November 2014

  2. Renungan Awal Tahun

    Sunday, November 16, 2014



    Sudah lima jam waktu berjalan di umur yang masih diizinkan untuk aku pijak
    Rasanya semua belum waktunya
    Ribuan kata, ratusan langkah, puluhan rencana seperti berhenti dalam saturwulan terakhir ini

    Tubuhku masih kaku, mata berkunang
    Perut kejang sisa lelah kemarin, suhu tinggi tak jua pergi di setiap jengkal badan yang semakin lemah
    Aku sakit di pertambahan umur ini

    Kuenyahkan rasa dingin untuk membasuh wudhu
    Berlutut di atas sajadah subuh ini
    Mengadu dan memohon padaNya di awal perjuangan dua puluh dua
    Tak ayalnya bocah yang merengek pilu dalam pintanya
    Hanya do'a untuk kedamaian yang selalu terucap dalam tiap hembus nafas
    Karena cinta dimana tempat kita kembali dan berasal adalah keinginan yang begitu meletup dalam hati

    Panjatkan do'a tanpa henti isak tangis disetiap amin
    Aku hanya ingin harmonis dalam kasih orang tersayang

    Untuk semua kata dan do'a yang terucap dari mereka yang perduli akan hadirku
    Tiada lain selain syukur akan kehangatan yang selalu mengalir
    Akan persahabatan yang tak henti terjalin
    Akan cerita dalam setiap lembar kisah perjalanan bertumbuh
    Hidup diantara kawan yang begitu cinta dengan tulus dan ikhlas
    Aku melihat pelangi dalam beragam tawa yang tercipta

    Anugrah berlimpah dalam hangat peluk persaudaraan yang begitu luas
    Tatap mata teduh untuk menikmati pertemuan yang semakin mahal untuk dikecap
    Kebersamaan kita abadi dalam canda dan rencana yang terbangun

    Terima kasih untuk semua cinta yang merekah dalam senyumku di dua puluh dua

    05.18
    16 November 2014



  3. Aku terbangun dengan rintihan sisa tangisnya dini hari ini
    Luka itu belum mau pergi dari hatinya walau sudah berapa pekan ia hanya duduk termenung
    Menanti senja di setiap tatap kosongnya dan menyambut pagi dengan terjaganya di hampir setiap malam

    Aku rapuh, berkabut dan larut dalam tangisnya diantara gelap saat ini
    Terlalu mengiris mendengar isaknya tak henti dalam tekanan itu
    Telinga ini sudah getir mendengar jerit dan tangis disetiap penghujung buaian mimpi

    Tanganku bergetar menyentuh telapaknya yang dingin
    Coba tularkan hangat di sela jemarinya
    Memejamkan mata, memanjatkan do'a
    Tapi aku tak mampu buang garam yang tak henti bertabur di luka hatinya

    Isak dengan lirih dalam tiap rintih tasbih malam
    Harus ada senyum dalam duka sepekat ini,
    karena Allah masih memeluk do'a-do'a kita
    Innallaha ma anna..

    01.45
    13 November 2014

  4. Rintihan Takut Berselimut Kabut

    Monday, November 10, 2014



    Aku takut, begitu kalut hingga mata berkabut

    Ternyata dinginnya malam tak mampu memeluk emosi yang menyakitkan, hingga harus ku muntahkan
    Mengalir berdebar hingga ujung nadi
    Apakah ini harus mengguncang kalbuku sekeras itu?

    Aku takut, begitu kalut hingga mata berkabut

    Karena kata bisa menjadi begitu jahat memekakan telinga jika terus berulang dengan kejam
    Aku hanya rindu sunyi menemani setiap sejuknya nafas berhembus
    Harmoni sunyi yang tercipta akan lebih memanja di telinga
    Tetapi aku akan terlalu egois untuk berteman sunyi

    Merindu damai, mendamba cinta tanpa cela dendam
    Tak ingin lagi emosi dalam tiap sudut mata yang perih
    Tak ingin lagi getar dalam tiap keluh yang berputar bagai cinema
    Tak ingin lagi sesak dalam tiap ujung teriak malam hari
    Aku hanya ingin bermimpi dengan restunya

    Aku takut, begitu kalut hingga mata berkabut. gelap.


    11.34
    10 November 2014

  5. Illustration by : Indri Muchtar 


    Bulat sempurna, kuning matang, tertegun rendah menyapaku dalam kosong
    Malam masih merambat memeluk lembang yang semakin dingin

    Terlalu manis dalam hamparan lampu yang menari menghadirkan satu harmoni visual
    Aku mendengar nada yang dengan mesra berbisik dari alam

    Bulan berselimut awan seakan bercerita tentang kisah yang memang tak seharusnya ada
    Aku masih ingin bercumbu dengan nyanyian jangkrik dan angin yang terlalu merdu untuk ku sudahi


    Bandung, 9 September 2014